Rabu, 20 Agustus 2014
Habib Idrus Bin Salim Aljufri Palu
13.59
| Diposting oleh
SaggafF
|
Oleh: Dr. Ali Hasan Aljufri
Kehidupannya adalah kehidupan ilmu,
pendidikan dan dakwah di jalan Allah. Beliaulah pendiri madrasah
Alkhairaat di kepulauan Timur Indonesia. Keturunan beliau adalah ad-da’I
(pendakwah) atau juru dakwah. Nama lengkapnya adalah As-Sayyed Idrus
bin Salim bin Alwi bin Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim bin
Husain bin Abdillah bin Syaikhan bin Alwi bin Abdullah At-Tarisi bin
Alwi Al-Khawasah bin Abubakar Aljufri Al-Husain Al-Hadhramiy yang
mempunyai jalur keturunan dari Sayyidina Husain bin Fatimah Az-Zahra
Puteri Rasulullah saw. Kelahirannya hari senin Sya’ban 1309 H di Taris
Hadramaut, sebelah selatan Yaman.
Beliau berasal dari keluarga yang baik,
berilmu, beramal, bertaqwa dan lemah lembut. Tiada dari kalangan mereka,
selain ulama yang muslih dan da’i. Ayahnya Habib Salim seorang ilmuwan
dan tokoh yang memiliki banyak karangan dan tulisan dari berbagai
bidang ilmu, ia memegang jabatan Qadhi dan mufti di negerinya.
Kakeknya Habib Alwi adalah pemimpin dan ilmuwan yang masyhur,
termasuklimaahli fiqh Hadramaut yang fatwa mereka termuat dalam kitab
Bughyatul Mustarsyidin karangan Sayyed Abdurrahman AlMasyhur. Kakeknya
yang kedua Al-Habib Saqqaf diantara ulama yang terkenal dari dua faqih
dan memegang jabatan Qadhi di Hadramaut.
Habib Idrus belajar ilmu agama dan
bahasa bermula dari ayahnya Al-Allamah Salim bin Alwy Aljufri termasuk
pula ulama-ulama lain yang berada di Hadramaut. Beliau hidup dan besar
dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan senantiasa melazimi para ulama
serta mengambil dan menimbah ilmu dari sumber yang murni, maka jadilah
beliau pakar dalam ilmu-ilmu agama dan bahasa, sehingga beliau dilantik
menjadi Qadhi dan Mufti di Taris negerinya menggantikan ayahnya
Perjalanannya ke Indonesia yang pertama
kali ketika beliau berumur kurang lebih 17 tahun. Dan perjalanannya yang
kedua di tahun 1922 terjadi akibat perjuangan politiknya untuk
membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris. Beliau bersama sahabatnya
Habib Abdurrahman bin Ubaidillah As-Saqqaf, keduanya merupakan tokoh
agama dan wakil dari para ulama lain yang memelopori perjuangan
kemerdekaan, mereka membenci penjajah dan konco-konconya serta suasana
kacau yang berkembang di Hadramaut khususnya wilayah Arab sebelah Utara
secara keseluruhan. Keduanya bersepakat untuk menyalakan api perlawanan
terhadap penjajah dan konco-konconya dan mereka adalah orang yang
pertama kali menghidupkan api tersebut.
Mereka berpendapat bahwa berhubungan
dengan Negara-negara Arab yang merdeka dan dunia luar adalah sesuatu
yang amat penting untuk merubah keadaan di dalam negeri sekaligus
memerdekakan negara secara total. Maka tugas politik yang sangat
berbahaya itu di serahkan kepada Habib Idrus. Beliau memutuskan untuk
keluar melalui pelabuhan Aden selanjutnya ke Yaman dan Mesir dengan
tujuan untuk menjelaskan keadaan negerinya kepada masyarakat Arab dan
dunia secara keseluruhan. Beliau mengetahui bahwa perbuatannya itu
membahayakan jiwanya karena inteligen Negara dan mata-mata pemerintahan
Inggris terus memperhatikan gerak-geriknya, akan tetapi perjalanan itu
harus dilakukan. Setelah segala perlengkapan dan rancangan disiapkan
dengan tepat dan matang serta penuh kehati-hatian tersebut hampir
membuahkan hasil, jika tidak disebabkan oleh penghianat yang mengambil
kesempatan untuk keuntungan pribadi membocorkan rahasianya. Setelah
beliau sampai di bandara Aden, tiba-tiba beliau di tangkap kemudian
dokumen-dokumen yang ada padanya dirampas serta mendapat larangan dari
pemerintah Inggris untuk tidak keluar dari bandara Aden dengan tujuan ke
Negeri Arab akan tetapi diizinkan untuk kembali ke Hadramaut atau pergi
ke Asia Tenggara. Maka beliau memutuskan untuk pergi ke Indonesia.
Beliau masuk ke Indonesia dan menetap
di Pekalongan untuk beberapa waktu lamanya dan menikah dengan pasangan
hidupnya Sy. Aminah binti Thalib Aljufri dan bersama menikmati pahit
manisnya kehidupan. Ketika itu beliau berdagang kain batik tetapi tidak
mendapat kemajuan karena cintanya kepada dunia pendidikan melebihi dari
segala-galanya. Kemudian beliau meninggalkan perdagangan dan beliau
pindah ke Solo, beliau dilantik sebagai Guru dan Kepala Sekolah di
Madrasah Rabithah Al-Alawiyyah. Setelah beberapa tahun beliau pindah ke
Jombang dan tinggal beberapa lama di sana. Kemudian beliau memulai
perjalanannya ke Timur Indonesia untuk memberi petunjuk dan berdakwah di
jalan Allah hingga sampailah beliau di Palu yang kala itu bernama
“Celebes” pada masa penjajahan Belanda. Setelah beliau masuk di negeri
tersebut terlihat olehnya gerakan misionaris Kristen yang mendapat
tempat dan pengikut yang banyak dari penduduk muslim yang awam. Karena
kurang hidupnya dakwah islamiyah di negeri itu bahkan hampir tidak
terdapat da’i Islam yang mengimbangi gerakan misionaris yang menentang
Islam. Beliau memikul tanggung jawab ini dan masuk melaksanakan
dakwah,menentang musuh-musuh, karena semangat Islam dan tanggungjawabnya
yang pertama sebagai seorang muslim dan kedua sebagai seorang yang
alim.
Al-Ustadz berpendapat bahwa sebaik-baik
cara untuk menentang gerakan misionaris adalah sesuai dengan firman
Allah : (“serulah ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan peringatan
yang baik serta berdialog (berdebatlah) dengan cara yang baik”) dan juga
dari sabda Nabi Saw : (“Mudahkanlah dan jangan menyusahkan, berilah
kabar gembira dan jangan menakut-nakuti”). Dengan demikian cara
penyebaran ilmu dan budaya Islam haruslah dengan jalan yang mudah dan
cara yang bijak melalui pembukaan sekolah dan majlis Ta’lim untuk
menghimpun anak-anak Islam.
Bangunan sekolah yang pertama adalah di
bangun atas biaya beliau sendiri di kota Palu yang sekarang menjadi
Ibukota Sulteng salah satu wilayah yang terletak di Timur Indonesia,
yang merupakan sekolah Islam yang pertama di Negeri Palu dan kemudian
berkembang menjadi cabang-cabang mencapai ratusan madrasah tersebar di
kota-kota dan kampong-kampung di bagian Timur Indonesia yang diberi
nama “ALKHAIRAAT”, dengan harapan optimis dan keberkatan dari nama
tersebut yang banyak kali di sebut dalam Al-Qur’an dan secara resmi
madrasah tersebut di buka pada tanggal 14 Muharram 1349 H bertepatan
dengan 11 Juni 1930. dan pada peresmian itu di hadiri oleh para
pemuka-pemuka Arab yang tinggal di Palu dan sebagian petinggi-petinggi
negeri.
Ustadz telah memertaruhkan seluruh
hidupnya dalam mengarungi perjalanan panjang dengan berbagai sarana ke
kepulauan di sekitar Sulawesi dan Muluku untuk menyiarkan pengetahuan
Islam. Beliau berpindah dari satu pulau ke pulau yang lain menggunakan
parahu sampan dengan bermacam resiko, tantangan dan bahaya yang selalu
mengancam di setiap saat. Akan tetapi Ustadz yang dirahmati Allah selalu
merasakan kenikmatan di antara pertaruhan jiwanya dan beliau rela
memberikan apa saja meski jiwanya sekalipun. Beliau tabah dalam
mengarungi pelayaran itu sampai berbulan-bulan lamanya. Dan
kadang-kadang perjalanan itu di tempuh dengan berjalan kaki jika tidak
mendapatkan alat-alat transportasi.
Akhir kata, semua perjuangan beliau
terus dilakukannya hingga akhir hayat dengan tetap mengajar dan
berdakwah di jalan Allah, walaupun harus mengorbankan semua yang
berharga yang ada pada dirinya. Beliau berpulang pada 12 Syawal 1389 H
bertepatan dengan tahun 1969 M, setelah beliau berikan bagi umat Islam
suatu pelayanan demi pembelaannya terhadap Islam. Maka berhembuslah
rohnya yang suci dan seolah-olah berkata :”79 tahun aku berjuang semasa
hidupku dengan memuji Allah aku telah beramal. Lihatlah
madrasah-madrasah yang ada di seluruh penjuru negeri menjadi saksi
bahwasannya ucapan dan perbuatanku tidaklah sia-sia.
Label:Sejarah | 0
komentar
Langganan:
Postingan
(Atom)
Cari di blog ini
Entri menarik...
-
Tutorial kali ini intinya sama yaitu menjelaskan langkah-langkah instalasi Windows XP, Windows 7 dan Hiren's Boot CD dari USB Flashdisk...
-
Sumber dari catatan keluarga Aidid menyebutkan, bahwa moyang mereka yang bernama Sayid Jalaluddin Aidid --keturunan dari Sayid Muhammad...
Blogroll
Archive
Kriteria
- 17 Habaib berpengaruh di Indonesia (3)
- Ilmu komputer (6)
- Sejarah (16)
- Softwares (1)
- Tips dan Trik (4)
Rekanan...
Waktu Indonesia Tengah
Diberdayakan oleh Blogger.