Kamis, 03 Desember 2015
Sumber dari catatan keluarga Aidid menyebutkan, bahwa moyang mereka yang bernama Sayid Jalaluddin Aidid --keturunan dari Sayid Muhammad Maula Aidid (Muhammad bib Ali Shahib Al-Hauthoh/1334-1442 M)-- dari Aceh pernah datang ke Banjar (Kalimantan Selatan) pada penghujung abad ke-16. Sayid Jalaluddin adalah anak Sayid Muhammad Wahid (Aceh) dan Syarifah Halisyah. Jalaluddin beristri Tamami putri Sultan Abdul Kadir Alaudin di Banjar (di kerajaan Pagatan?). Istri Jalaluddin adalah kerabat kerajaan Gowa Tallo. Karena mempunyai istri yang berasal dari keluarga kerajaan tersebut, Jalaluddin datang ke Gowa Tallo. Sayang, di sana ulama keramat yang merupakan keturunan ke-27 dari Rasulullah ini kurang dipedulikan. Jalaludin kemudian pindah ke Cikoang (Kecamatan Marbo, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, yang kini menjadi basis keluarga Aidid di Makassar).    Selain itu, ada keterangan lain yang menyebutkan bahwa, para Wali Sanga (pada zaman kerajaan Demak), dipercaya datang dari Arab ke Nusantara untuk keperluan dakwah menyebarkan Islam. Leluhur Wali Sanga adalah Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath yang hijrah dari Hadramaut ke India. Buyut Abdul Malik bernama Jamaludin Husin adalah datuk dari Syarif Hidayatullah (Sunang Gunung Jati di Cirebon). Garis silsilah para wali lainnya seperti Maulana Malik Ibrahim (Gresik), Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat dan Sunan Bonang tersambung ke nama Jamaludin Husin. Sedangkan buyut Abdul Malik lainnya (saudara Jamaludin Husin) yang bernama Ali Nurudin merupakan leluhur Sunan Kalijga dan Sunan Muria. Jauh sebelum Belanda datang pertama kali ke Nusantara (1596), sudah ada orang Arab yang datang dari Hadramaut ke Jawa termasuk ke Jakarta seperti kelompok Alaydrus dan kelompok Al-Bafaqih, berada di kampung Jawa (sekarang berada dalam kelurahan Jatinegara, kecamatan Cakung). Lihat RB Serjeant, The Saiyids of Haadramawt, School of Oriental and African Studies, University of London, 1957, hal 25). Kapan persisnya periode waktu kedatangan mereka ke Nusantara, tiada keterangan yang cukup jelas. Beberapa penulis sejarah Islam di Indonesia menyatakan para pedagang Arab kemungkinan pernah menyinggahi Pelabuhan Sunda Kelapa yang berada dalam kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Di masanya, Sunda Kelapa merupakan jalur sutra yang dikunjungi pedagang pelbagai penjuru (Lihat M. Dien Majid, Awal Perkembangan Islam di Jakarta dan Pengaruhnya hingga Abad XVII dalam Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra, kumpulan makalah, 1995). Keterangan lain menyebutkan, kedatangan orang Arab di Indonesia makin jelas setelah agama Islam lahir (abad VII M). Pada masa ini mereka sedang mengemban dua tugas yaitu berniaga dan menyiarkan agama Islam. (Lihat Ismail Yacob, Sejarah Islam di Indonesia, tanpa tahun, hal 14-15). Orang Arab dikenal sebagai orang yang suka berpetualang menjelajahi sepanjang lautan sebelum dan sesudah berkembangnya Islam. (lihat Sayid Alwi bin Tahir Al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh, terjemah Dzija Shahab, Almaktab-AlDaimi, 1957, hal 15). Lihat pula buku kisah perjalanan ke dunia timur Al-Mas’udi, Murujuzzahab. Salah satu tokoh Sayid yang sangat popular adalah Sayid Hamid bin Sayid Abbas. Ia dari keluarga Bahasyim. Habib Basirih, demikian masyarakat menyebut sosok Sayid Hamid bin Abbas, merupakan sosok kharismatik yang tetap ramai diziarahi masyarakat --baik sewaktu ia masih hidup maupun setelah ia meninggal dunia. Keluarbiasaan jalan hidup Habib Basirih "berumah di atas pohon kelapa" menjadi cerita sambung menyambung di tengah masyarakat. Leluhur Sayid Hamid bin Sayid Abas yang bernama Sayid Awad diyakini sebagai Bahasyim "pertama" (paling tua) di bumi Kalimantan (Banjar). Sayid Awad bin Sayid Umar mempunyai seorang saudara lelaki yang menetap dan menurunkan Bahasyim di Bima, NTB. Menurut cerita, Awad masuk ke Banjar dari Sampit, (salah satu kabupaten di Kalteng). Buyut Sayid Awad adalah Sayid Abbas (ayah Habib Basirih) yang dikenal sebagai orang kaya yang memiliki tanah luas dan kapal dagang. Jejak Alaydrus dikenal dari Pangeran Syarif Ali yang mendirikan kerajaan kecil di Angsana-Sebamban (Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel). Satu keterangan dari pihak keluarga, menyebut bahwa Pangeran Syarif Ali sezaman dengan Pangeran Diponegoro. Jika Diponegoro berjuang di Jawa, Pangeran Syarif Ali berjuang di pedalaman Kalimantan. Pangeran Syarif Ali bin Sayid Abdurrahman adalah cucu Sultan Kubu Syarif Idrus bin Abdurrahman. Syarif Idrus Sultan Kubu (w. 1795 M) adalah paman dari Sayid Besar Abdurrahman Panotogomo yang mengabdi di Kraton Yogyakarta pada zaman Hamengku Bowono I (1755-1792). Sayid Ali, ayah Sayid Abdurrahman Panotogomo, adalah saudara Syarif Idrus Sultan Kubu. Dari keluarga Ba’bud tercatat nama Sayid Ahmad bin Sayid Abdurrahman (wafat 1884 M) yang juga menjadi menantu Sultan Adam lewat perkawinanannya dengan Putri Qamarul Zaman. Sayid Ahmad datang dari Pekalongan dan bekerja di kerajaan Banjar sebagai guru agama. Ia mengajar mengaji para pangeran dan kerbat dalam istana lainnya, di samping sebagai penasihat pribadi sultan. Dari perkawinan tersebut Sayid Ahmad memiliki 3 putra yakni Sayid Muksin, Sayid Abdullah dan Sayid Muhammad. Seorang dari keluarga Assegaf bernama Sayid Alwi bin Sayid Abdillah bin Sayid Saleh bin Sayid Abubakar (w.1842) dilaporkan melalui perjalanan panjang dari Hadramaut-Turki-Palembang-Gresik sebelum menyinggahi Banjarmasin dan sempat bermukim di Kampung Sungai Mesa. Sayid Alwi kemudian menetap di Martapura (Kampung Melayu) dan mendapat hadiah tanah dari Sultan Adam di daerah Karang Putih. Kelak ia dan anak cucunya bermakam di tanah pemberian sultan tersebut (makam Karang Putih Jl Menteri Empat Martapura). Sayid Iderus bin Hasan AlHabsyi, Pangeran Syarif Husin bin Sayid Muhammad Baharun dan empat keluarga AlHabsyi (Muhammad, Abdullah, Syekh dan Hasan) sebenarnya bukan pendatang yang pertama di tanah Banjar. Menengok kebelakang, keluarga Ba’bud, Assegaf, Alaydrus dan Bahasyim tercatat lebih dulu menjejakkan kakinya di pulau Kalimantan bagian tenggara ini. Sayid Muhammad mempunyai tiga saudara yakni Sayid Abdullah, Sayid Syekh dan Sayid Hasan-6. Putra Sayid Abdullah yang bernama Sayid Alwi menjadi Kapten Arab kedua menggantikan Sayid Hasan bin Iderus AlHabsyi. Tak lama memegang jabatan itu, Sayid Alwi bin Sayid Abdullah AlHabsyi belakangan pindah mukim ke Barabai, karena menikah dengan perempuan campuran Nagara-Banua Kupang bernama H. Masrah. Sayid Hasan, tinggal di Martapura dan mempunyai putra bernama Sayid Ali (Martapura). Sementara Sayid Syekh mempunyai putri bernama Syarifah Fetum yang kemudian kawin dengan Sayid Ahmad Pal 1. Jejak-jejak Sayid di Tanah Banjar pernah semarak dengan kedatangan keluarga Sayid Muhammad bin Sayid Alwi AlHabsyi langsung dari Hadramaut, sekitar permulaan abad ke-20. Sayid Muhammad mempunyai 7 putra. Sayid Husin, putra sulung, pernah singgah ke Banjar tapi kemudian balik lagi ke Hadramaut. Abdillah putra kedua mendarat di Aceh dan selanjutnya bermukim hingga akhir hayat di negeri serambi Mekkah itu. Putra Sayid Muhammad lainnya Sayid Ahmad berdiam di Pal 1 (Jl. A. Yani Km 1), Sayid Zen dari Banjarmasin kemudian memilih bertempat tinggal di Martapura (40 km dari ibukota Banjarmasin), Sayid Ali menetap di Lawang (daerah perbatasan Malang-Pasuruan), Sayid Salim (tinngal di sekitar Pasar Rambai, kampung Telawang Banjarmasin), serta Umar juga di wilayah Pal 1. Sayid Muhammad bin Sayid Alwi yang sudah sepuh suatu ketika menengok putra-putranya ke Banjarmasin. Karena sakit tua, ia akhirnya berpulang ke rahmatullah di salah satu kediaman putranya di Banjamasin dan dimakamkan di Turbah (pemakaman orang Arab) Kampung Sungai Jingah. Sayid Iderus AlHabsyi adalah orang Arab kelahiran Hadramaut yang masuk ke Banjarmasin melalui Sambas-4. Di sana, Sayid Iderus berhasil menyunting seorang perempuan bernama Nur-5, kerabat kesultanan Sambas dan mengajaknya pindah ke Banjarmasin. Dari pernikahan mereka lahir Sayid Hasan, yang kelak menjadi kapten Arab pertama. Sedang Pangeran Syarif Husin, menurut catatan Belanda, adalah pendatang dari keturunan Arab di Pekalongan, yang juga menantu Sultan Adam (raja Banjar periode 1825-1857). Ia menikah dengan salah satu putri Sultan Adam yang bernama Ratu Aminah. Pada Tahun 143 tahun silam seorang anggota keluarga AlHabsyi dan seorang keluarga Baharun tercatat dalam sejarah menjadi orang-orang penting di Dewan Pengadilan/Kehakiman-1 di Banjarmasin. Mereka adalah wakil komunitas Arab yang terpilih duduk dalam lembaga pemerintahan pusat bentukan penguasa Belanda, pasca penghapusan kerajaan Banjar tahun 1860. Saat itu, Sayid Iderus bin Hasan AlHabsyi-2 dan Pangeran Sjarif Husin bin Muhammad Baharun-3 merupakan dua tokoh terkemuka dari kalangan warga masyarakat keturunan Arab.Salah satu putranya yang bernama Sayid Jamaluddin Aidid balik ke Banjar. Anak cucu keturunan Aidid hingga kini tersebar di Makassar, Banjarmasin, Sungai Danau (Tanah Bumbu), Jakarta (di Tebet) dan Johor (Malaysia). Keberadaan keluarga Aidid di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan bukan sesuatu yang mustahil dari sisi lalu lintas laut. Sebab, Tanah Bumbu, yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Kotabaru, terletak di pesisir pantai selatan provinsi Kalsel dan berbatasan dengan Laut Sulawesi. Sebagian penduduk Kotabaru selain terdiri dari suku Banjar juga berasal dari pendatang asal Suku Bugis Makassar.


Sebuah nama yang disebut terlibat dalam Perang Banjar bersama-sama Pangeran Antasari, P Hidayatullah, Demang Leman dan H Buyasin adakah Said Sambas. Said (Sayid?) Sambas ketika meletus Perang Banjar merupakan salah satu pimpinan penyerangan terhadap benteng Pengaron, dan bergerilya di wilayah Riam Kanan, Riam Kiwa, Martapura dan Rantau. Tidak diperoleh keterangan jelas tentang siapa sesungguhnya sosok ini. Identikkah ia dengan Sayid Iderus bin Hassan bin Agil AlHabsyi yang menurut keterangan juga datang dari Sambas bersama seorang Arab bernama Nasar bin Yusuf Ganam ? Ataukah Said Sambas ini merupakan pribadi dan sosok berbeda?
Satu sosok bernama Sayid Zen yang mengawini cucu Sultan Sulaiman juga belum diketahui asal usulnya. Sayid diperkirakan lahir awal 1800-an. Syarif Umar putra hasil perkawinan mereka gugur dalam pertempuran melawan Belanda di Paringin (kini Kabupaten Balangan, Kalsel) tahun 1860. Syarif Umar mempunyai seorang putra bernama Syarif Abubakar. Syarif Abubakar dan putrinya Syarifah Intan (4 tahun) ikut dalam rombongan Pangeran Hidayatullah yang diasingkan Belanda Cianjur, 3 Maret 1862.
Jejak jejak Sayid di wilayah Hulu Sungai dapat ditemui di sebuah tempat bernama Lorong Said Alwi di Kota Barabai. Alwi Kapten Arab kerap menaiki kereta kuda dari Barabai ke Pantai Hambawang. Di sana ia turun, beristirahat dan kemudian berganti kuda dengan penduduk setempat untuk menuju sebuah pangkalan perahu menjemput kerabat-kerabatnya sejumlah Habib asal Nagara. Sayid Alwi berjasa mengembangkan penanaman karet di wilayah Hulu Sungai. Sewaktu Soekarno ke Barabai ia berjumpa dengan tokoh ini.
 
Sebelum kedatangan Sayid Alwi di Barabai, lebih dulu bermukim di wilayah Hulu Sungai ini seorang bernama Habib Muhdhor bin Salim bin Agil bin Ahmad BSA (Keramat Manjang). Muhdhor datang langsung dari Tarim (Hadramaut) ke Barabai. Pada suatu ketika Habib Muhdhor berkunjung ke Martapurta menemui kerabatnya Habib Abubakar AlHabsyi. Mereka sama-sama berasal dari Tarim. Oleh Habib Abubakar, Habib Muhdhor akhirnya diambil sebagai menantu.

 Muhdhor kawin dengan Syarifah Noor binti Sayid Abubakar bin Sayid Husin bin Sayid Ahmad bin Sayid Abdullah bin Sayid Ali AlHabsyi. Ayah Abubakar yang bernama Sayid Husin AlHabsyi semula tinggal di Ma’la (Mekah) pindah ke Tarim. Dari Tarim Habib Abubakar datang ke Martapura dan kemudian menikah dengan Syarifah Muzenah binti Sayid Alwi bin Sayid Abdillah Assegaf (Kampung Melayu, Martapura). Sayid Alwi Assegaf, yang merupakan mertua Habib Abubakar AlHabsyi, menurut catatan yang diperoleh penulis merupakan salah satu pendatang Hadramaut paling awal datang ke Martapura.

Sayid Ali putra Sayid Alwi memiliki cerita khusus tentang perkawinannya. Adalah seorang perempuan Bugis yang asalnya merupakan pelarian dari kerajaan Bone tinggal di Kampung Bugis di Banjarmasin. Perempuan yang tidak diketahui namanya ini kawin dengan seorang lelaki bernama Dapat (Sudapat). Dapat berasal dari Kampung Kalampayan yang masih terhitiung cucu dari Datu Kalampayan Syekh Muhammad Arsyad. Perkawinan Dapat dengan perempuan Bugis melahirkan perempuan bernama Ratubah. Ratubah dipelihara oleh keluarga Arab dari marga Alkatiri di Kampong Arab Banjarmasin (sekarang Jalan Antasan Kecil Barat). Suatu ketika Sayid Ali bin Sayid Alwi Assegaf dari Kampung Melayu Martapura mampir ke rumah keluarga Alkatiri tersebut. Saat bersamaan, di rumah keluarga Arab itu, Ratubah tengah mencucuki marjan. Dari perjumpaan menyaksikan seorang perempuan campuran Bugis-Banjar di rumah keluarga Arab itu, Sayid Ali akhirnya tinggal di Kampung Bugis karena menikah dengan Ratubah. Untuk tempat tinggalnya Sayid Ali membeli sebuah rumah kecil di Kampung Bugis (Jalan Sulawesi), membangunnya kembali, dan menyulapnya menjadi rumah Baanjung (rumah adat Banjar).
 
Putra Sayid Ali dengan Ratubah adalah Sayid Zein. SayidZein kawin dengan Syarifah dari keluarga Bahasyim berputra Sayid Alwi [seorang pedagang asam kamal yang berjualan dari Kuin Utara ke Aluh-aluh, Kabupaten Banjar dan merupakan ayah dari Ibu Galuh (Syarifah Fatimah) di Kampung Melayu dan Abdul Kadir Jailani di Sungai Mesa]
 
Perkawinan Sayid Zein dengan perempuan dari bangsa Banakmah berputra Sayid Ali, Syarifah Zainab, Syarifah Fetum (ibu Segaf bin Abubakar AlHabsyi), Syarifah Noor dan Sayid Fedlon (masih hidup tinggal di Kampung Bugis ).
 
Jika kita berkunjung ke Komplek Makan Sultan Suriansyah, di sana terdapat makam Sayid Muhammad (atau Sayid Ahmad Idrus?) dan Khatib Dayyan. Nama terakhir adalah tokoh yang dikirim Sultan Demak Tranggono untuk mengislamkan Raden Samudera (kelak bernama menjadi Sultan Suriansyah) dan rakyat Banjar pada tahun 1526 M. Khatib Dayyan yang menjabat panotogomo (penghulu) ini mempunyai nama asli Abdurrahman. Ia merupakan keturunan keluarga kesultanan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Menurut keterangan juru kunci makam, Sayid Muhammad adalah leluhur dari Habib Abdurrahman Alhabsyi (Ketua Islamic Center Kwitang Jakarta dan cucu Habib Ali Kwitang).

Satu lagi sosok yang perlu penelitian adalah seorang figur bernama Datu Khayyan (bermakam di Alalak Berangas). Ia diketahui mempunyai nama asli Sayid Abdurrahman Sidik bin Sayid Husin Bin Syekh Abubakar bin Salim. Menurut cerita, tokoh ini berasal dari Banten dan mengembara ke Kalimantan Barat. Setelah cukup lama bermukim di Kalbar, Datu Khayyan kemudian meneruskan perjalanan menelusuri sungai Kahayan dan Barito. Sempat berdiam di Kotawaringan Barat, Datu Khayyan kemudian menetap dan menghabiskan masa tuanya di Alalak Berangas, Kabupaten Batola. Datu Khayyan dikenal sebagai pendakwah dan pejuang melawan Belanda di abad ke-18.

Di generasi abad ke-20 terdapat nama Sayid Abdul Kadir Ba’bud, pimpinan pasukan Tengkorak Putih pada tahun 1949. Belum lagi sejumlah seniman, budayawan yang pernah memperkaya batin masyarakat dengan karya-karya mereka.

Jejak jejak para Sayid yang menghilang dan tenggelam sekian masa waktu kini mulai bangun seiring tumbuhnya majelis-majelis ta’lim yang diasuh sejumlah keturunanan Sayid. Jika para leluhur telah meninggalkan sesuatu yang bermakna dan kenangan di hati umat, kita menanti generasi Sayid masa kini membuat sejarahnya.

Note:
  1. Dewan Pengadilan/Kehakiman di Banjarmasin dibentuk tahun 1863.
  2. Sayid Iderus bin Hasan AlHabsyi bermakam di Turbah, Kampung Sungai Jingah
  3. Pangeran Sjarif Husin bin Muhammad Baharun dulu tinggal di Kampung Melayu  Banjarmasin. Makamnya hingga kini tidak diketahui tempatnya. Anak keturunan tokoh ini masih bisa yang tinggal di Kampung Melayu.
  4. Sambas kini merupakan sebuah kabupaten di provinsi Kalimantan Barat.
  5. Nur belakangan diambil sebagai nama mushala sederhana keluarga di wilayah Ujung Murung yang dibangun oleh Sayid Hasan. Karena jumlah jemaahnya berkembang, mushalla tersebut lalu berpindah ke wilayah Masjid Noor sekarang di antara pertemuan Jalan Samudera dan Simpang Sudimampir. Makam Nur terdapat di dalam mesjid ini. Rumah Hasan Kapten Arab pertama di tanah Banjar berada di lokasi bangunan Plaza Metro sekarang.
  6. Silsilah empat keluarga AlHabsyi ini (Muhammad, Abdullah, Syekh dan Hasan) bersambung ke Alwi bin Syekh bin Zen bin Ahmad bin Hasyim bin Ahmad bin Muhammad Ashgar bin Alwi bin Abubakar AlHabsyi.
  7. Hamid bin Abas bermakam di Basirih. Gampang mencapai makam Habib karena ada angkutan kota yang melayani rute Pasar Hanyar – Basirih.
  8. Syarifah Khadijah Bahasyim, cucu Habib Basirih.
  9. Makam Awad tak diketahui, namun ia mempunyai putra bernama Husin yang menurut seorang keluarga Bahasyim bermakam di Kompleks Makam Sultan Adam Martapura.
Sumber : Sayyed and Muhibbin Community

3 komentar:

  1. Toko Online terbaru dan populer. Kami menyediakan informasi terbaru yang datang dengan versi baru pada situs Toko Online yang akurat dan terpercaya. Aisha Shop | CONTENT MANAGEMENT SYSTEM

    WORDPRESS [CMS WORDPRESS]
    Web ini akan memberitahu update Toko Online terbaru dengan gaya yang berbeda dari Aisha.co.id silahkan buka dan baca informasi.

    Reportasee.com | Portal Berita Dalam dan Luar Negeri Menyuguhkan Informasi Seputar Berita Internasional, Nasional, Regional, Lokal, Peristiwa, Hukum, Kriminal, Ekonomi, Politik, Pemerintahan, Sosial, Budaya, Pendidikan, Wisata, Kuliner dan Hiburan.

    BalasHapus
  2. Website Resmi www.de-nature.co.id Distributor Agen Penjual Produk Obat Herbal De Nature Indonesia Asli CV. DE NATURE INDONESIA Kabupaten Cilacap Pimpinan Bpk. Awan Ukaya Herbal CV. De Nature Indonesia Asli

    BalasHapus
  3. Ekspose.id | Ekspose.ID : Realitas Dibalik Berita Dalam dan Luar Negeri Menyuguhkan Informasi Seputar Berita Internasional, Nasional, Regional, Lokal, Peristiwa, Hukum, Kriminal, Ekonomi, Politik, Pemerintahan, Sosial, Budaya, Pendidikan, Wisata, Kuliner dan Hiburan. Ekspose.id Berita Ciamis | Reportasee.com |
    ___ ____???????
    ___??????????
    ___?????????????
    ___????????????
    __?????????????
    _?????????????
    _?????????????
    _??CLICK HERE????
    ??????????????????????
    ???????? CLICK HERE ??????
    ??????????????????????????
    _??????__????????????????
    ___????____?????????????
    ___????_____??????????
    ___????_____??????????
    ____????____??????????
    _____???____?????????
    ______???__??????????
    _______??????????????
    ________??????????????
    _______???????????????????
    _______????? CLICK HERE ??????
    _______?????????????????????????
    _______???????????????????????????
    ________??????????____?????????????
    _________????????_______???????????
    _________????????_____???????????
    _________???????____??????????
    _________???????_??????????
    ________???????????????
    ________????????????
    ________??????????
    _______?????????
    _______??????
    ______??????
    ______??????
    ______??????
    ______?????
    ______?????
    _______????
    _______????
    _______????
    ______??????
    _____????????
    _______|_?????
    _______|__??????

    Reply Delete

    BalasHapus

Cari di blog ini

Iklan Kiri
Iklan Kanan

Entri menarik...

Waktu Indonesia Tengah

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengunjung