Kamis, 03 Desember 2015
Sejarah Keberadaan Habaib Di Banjarmasin
19.50
| Diposting oleh
SaggafF
|
Sumber
dari catatan keluarga Aidid menyebutkan, bahwa moyang mereka yang
bernama Sayid Jalaluddin Aidid --keturunan dari Sayid Muhammad Maula
Aidid (Muhammad bib Ali Shahib Al-Hauthoh/1334-1442 M)-- dari Aceh
pernah datang ke Banjar (Kalimantan Selatan) pada penghujung abad ke-16.
Sayid Jalaluddin adalah anak Sayid Muhammad Wahid (Aceh) dan Syarifah
Halisyah. Jalaluddin beristri Tamami putri Sultan Abdul Kadir Alaudin di
Banjar (di kerajaan Pagatan?). Istri Jalaluddin adalah kerabat kerajaan
Gowa Tallo. Karena mempunyai istri yang berasal dari keluarga kerajaan
tersebut, Jalaluddin datang ke Gowa Tallo. Sayang, di sana ulama keramat
yang merupakan keturunan ke-27 dari Rasulullah ini kurang dipedulikan.
Jalaludin kemudian pindah ke Cikoang (Kecamatan Marbo, Kabupaten
Takalar, Sulawesi Selatan, yang kini menjadi basis keluarga Aidid di
Makassar). Selain itu, ada keterangan lain yang menyebutkan bahwa,
para Wali Sanga (pada zaman kerajaan Demak), dipercaya datang dari Arab
ke Nusantara untuk keperluan dakwah menyebarkan Islam. Leluhur Wali
Sanga adalah Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath yang
hijrah dari Hadramaut ke India. Buyut Abdul Malik bernama Jamaludin
Husin adalah datuk dari Syarif Hidayatullah (Sunang Gunung Jati di
Cirebon). Garis silsilah para wali lainnya seperti Maulana Malik Ibrahim
(Gresik), Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat dan Sunan
Bonang tersambung ke nama Jamaludin Husin. Sedangkan buyut Abdul Malik
lainnya (saudara Jamaludin Husin) yang bernama Ali Nurudin merupakan
leluhur Sunan Kalijga dan Sunan Muria. Jauh sebelum Belanda datang
pertama kali ke Nusantara (1596), sudah ada orang Arab yang datang dari
Hadramaut ke Jawa termasuk ke Jakarta seperti kelompok Alaydrus dan
kelompok Al-Bafaqih, berada di kampung Jawa (sekarang berada dalam
kelurahan Jatinegara, kecamatan Cakung). Lihat RB Serjeant, The Saiyids
of Haadramawt, School of Oriental and African Studies, University of
London, 1957, hal 25). Kapan persisnya periode waktu kedatangan mereka
ke Nusantara, tiada keterangan yang cukup jelas. Beberapa penulis
sejarah Islam di Indonesia menyatakan para pedagang Arab kemungkinan
pernah menyinggahi Pelabuhan Sunda Kelapa yang berada dalam kekuasaan
Kerajaan Pajajaran. Di masanya, Sunda Kelapa merupakan jalur sutra yang
dikunjungi pedagang pelbagai penjuru (Lihat M. Dien Majid, Awal
Perkembangan Islam di Jakarta dan Pengaruhnya hingga Abad XVII dalam
Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra, kumpulan makalah, 1995).
Keterangan lain menyebutkan, kedatangan orang Arab di Indonesia makin
jelas setelah agama Islam lahir (abad VII M). Pada masa ini mereka
sedang mengemban dua tugas yaitu berniaga dan menyiarkan agama Islam.
(Lihat Ismail Yacob, Sejarah Islam di Indonesia, tanpa tahun, hal
14-15). Orang Arab dikenal sebagai orang yang suka berpetualang
menjelajahi sepanjang lautan sebelum dan sesudah berkembangnya Islam.
(lihat Sayid Alwi bin Tahir Al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di
Timur Jauh, terjemah Dzija Shahab, Almaktab-AlDaimi, 1957, hal 15).
Lihat pula buku kisah perjalanan ke dunia timur Al-Mas’udi,
Murujuzzahab. Salah satu tokoh Sayid yang sangat popular adalah Sayid
Hamid bin Sayid Abbas. Ia dari keluarga Bahasyim. Habib Basirih,
demikian masyarakat menyebut sosok Sayid Hamid bin Abbas, merupakan
sosok kharismatik yang tetap ramai diziarahi masyarakat --baik sewaktu
ia masih hidup maupun setelah ia meninggal dunia. Keluarbiasaan jalan
hidup Habib Basirih "berumah di atas pohon kelapa" menjadi cerita
sambung menyambung di tengah masyarakat. Leluhur Sayid Hamid bin Sayid
Abas yang bernama Sayid Awad diyakini sebagai Bahasyim "pertama" (paling
tua) di bumi Kalimantan (Banjar). Sayid Awad bin Sayid Umar mempunyai
seorang saudara lelaki yang menetap dan menurunkan Bahasyim di Bima,
NTB. Menurut cerita, Awad masuk ke Banjar dari Sampit, (salah satu
kabupaten di Kalteng). Buyut Sayid Awad adalah Sayid Abbas (ayah Habib
Basirih) yang dikenal sebagai orang kaya yang memiliki tanah luas dan
kapal dagang. Jejak Alaydrus dikenal dari Pangeran Syarif Ali yang
mendirikan kerajaan kecil di Angsana-Sebamban (Kabupaten Tanah Bumbu,
Kalsel). Satu keterangan dari pihak keluarga, menyebut bahwa Pangeran
Syarif Ali sezaman dengan Pangeran Diponegoro. Jika Diponegoro berjuang
di Jawa, Pangeran Syarif Ali berjuang di pedalaman Kalimantan. Pangeran
Syarif Ali bin Sayid Abdurrahman adalah cucu Sultan Kubu Syarif Idrus
bin Abdurrahman. Syarif Idrus Sultan Kubu (w. 1795 M) adalah paman dari
Sayid Besar Abdurrahman Panotogomo yang mengabdi di Kraton Yogyakarta
pada zaman Hamengku Bowono I (1755-1792). Sayid Ali, ayah Sayid
Abdurrahman Panotogomo, adalah saudara Syarif Idrus Sultan Kubu. Dari
keluarga Ba’bud tercatat nama Sayid Ahmad bin Sayid Abdurrahman (wafat
1884 M) yang juga menjadi menantu Sultan Adam lewat perkawinanannya
dengan Putri Qamarul Zaman. Sayid Ahmad datang dari Pekalongan dan
bekerja di kerajaan Banjar sebagai guru agama. Ia mengajar mengaji para
pangeran dan kerbat dalam istana lainnya, di samping sebagai penasihat
pribadi sultan. Dari perkawinan tersebut Sayid Ahmad memiliki 3 putra
yakni Sayid Muksin, Sayid Abdullah dan Sayid Muhammad. Seorang dari
keluarga Assegaf bernama Sayid Alwi bin Sayid Abdillah bin Sayid Saleh
bin Sayid Abubakar (w.1842) dilaporkan melalui perjalanan panjang dari
Hadramaut-Turki-Palembang-Gresik sebelum menyinggahi Banjarmasin dan
sempat bermukim di Kampung Sungai Mesa. Sayid Alwi kemudian menetap di
Martapura (Kampung Melayu) dan mendapat hadiah tanah dari Sultan Adam di
daerah Karang Putih. Kelak ia dan anak cucunya bermakam di tanah
pemberian sultan tersebut (makam Karang Putih Jl Menteri Empat
Martapura). Sayid Iderus bin Hasan AlHabsyi, Pangeran Syarif Husin bin
Sayid Muhammad Baharun dan empat keluarga AlHabsyi (Muhammad, Abdullah,
Syekh dan Hasan) sebenarnya bukan pendatang yang pertama di tanah
Banjar. Menengok kebelakang, keluarga Ba’bud, Assegaf, Alaydrus dan
Bahasyim tercatat lebih dulu menjejakkan kakinya di pulau Kalimantan
bagian tenggara ini. Sayid Muhammad mempunyai tiga saudara yakni Sayid
Abdullah, Sayid Syekh dan Sayid Hasan-6. Putra Sayid Abdullah yang
bernama Sayid Alwi menjadi Kapten Arab kedua menggantikan Sayid Hasan
bin Iderus AlHabsyi. Tak lama memegang jabatan itu, Sayid Alwi bin Sayid
Abdullah AlHabsyi belakangan pindah mukim ke Barabai, karena menikah
dengan perempuan campuran Nagara-Banua Kupang bernama H. Masrah. Sayid
Hasan, tinggal di Martapura dan mempunyai putra bernama Sayid Ali
(Martapura). Sementara Sayid Syekh mempunyai putri bernama Syarifah
Fetum yang kemudian kawin dengan Sayid Ahmad Pal 1. Jejak-jejak Sayid di
Tanah Banjar pernah semarak dengan kedatangan keluarga Sayid Muhammad
bin Sayid Alwi AlHabsyi langsung dari Hadramaut, sekitar permulaan abad
ke-20. Sayid Muhammad mempunyai 7 putra. Sayid Husin, putra sulung,
pernah singgah ke Banjar tapi kemudian balik lagi ke Hadramaut. Abdillah
putra kedua mendarat di Aceh dan selanjutnya bermukim hingga akhir
hayat di negeri serambi Mekkah itu. Putra Sayid Muhammad lainnya Sayid
Ahmad berdiam di Pal 1 (Jl. A. Yani Km 1), Sayid Zen dari Banjarmasin
kemudian memilih bertempat tinggal di Martapura (40 km dari ibukota
Banjarmasin), Sayid Ali menetap di Lawang (daerah perbatasan
Malang-Pasuruan), Sayid Salim (tinngal di sekitar Pasar Rambai, kampung
Telawang Banjarmasin), serta Umar juga di wilayah Pal 1. Sayid Muhammad
bin Sayid Alwi yang sudah sepuh suatu ketika menengok putra-putranya ke
Banjarmasin. Karena sakit tua, ia akhirnya berpulang ke rahmatullah di
salah satu kediaman putranya di Banjamasin dan dimakamkan di Turbah
(pemakaman orang Arab) Kampung Sungai Jingah. Sayid Iderus AlHabsyi
adalah orang Arab kelahiran Hadramaut yang masuk ke Banjarmasin melalui
Sambas-4. Di sana, Sayid Iderus berhasil menyunting seorang perempuan
bernama Nur-5, kerabat kesultanan Sambas dan mengajaknya pindah ke
Banjarmasin. Dari pernikahan mereka lahir Sayid Hasan, yang kelak
menjadi kapten Arab pertama. Sedang Pangeran Syarif Husin, menurut
catatan Belanda, adalah pendatang dari keturunan Arab di Pekalongan,
yang juga menantu Sultan Adam (raja Banjar periode 1825-1857). Ia
menikah dengan salah satu putri Sultan Adam yang bernama Ratu Aminah.
Pada Tahun 143 tahun silam seorang anggota keluarga AlHabsyi dan seorang
keluarga Baharun tercatat dalam sejarah menjadi orang-orang penting di
Dewan Pengadilan/Kehakiman-1 di Banjarmasin. Mereka adalah wakil
komunitas Arab yang terpilih duduk dalam lembaga pemerintahan pusat
bentukan penguasa Belanda, pasca penghapusan kerajaan Banjar tahun 1860.
Saat itu, Sayid Iderus bin Hasan AlHabsyi-2 dan Pangeran Sjarif Husin
bin Muhammad Baharun-3 merupakan dua tokoh terkemuka dari kalangan warga
masyarakat keturunan Arab.Salah satu putranya yang bernama Sayid
Jamaluddin Aidid balik ke Banjar. Anak cucu keturunan Aidid hingga kini
tersebar di Makassar, Banjarmasin, Sungai Danau (Tanah Bumbu), Jakarta
(di Tebet) dan Johor (Malaysia). Keberadaan keluarga Aidid di Kabupaten
Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan bukan sesuatu yang mustahil dari sisi
lalu lintas laut. Sebab, Tanah Bumbu, yang merupakan kabupaten baru
hasil pemekaran dari Kabupaten Kotabaru, terletak di pesisir pantai
selatan provinsi Kalsel dan berbatasan dengan Laut Sulawesi. Sebagian
penduduk Kotabaru selain terdiri dari suku Banjar juga berasal dari
pendatang asal Suku Bugis Makassar.
Sebuah nama
yang disebut terlibat dalam Perang Banjar bersama-sama Pangeran
Antasari, P Hidayatullah, Demang Leman dan H Buyasin adakah Said Sambas.
Said (Sayid?) Sambas ketika meletus Perang Banjar merupakan salah satu
pimpinan penyerangan terhadap benteng Pengaron, dan bergerilya di
wilayah Riam Kanan, Riam Kiwa, Martapura dan Rantau. Tidak diperoleh
keterangan jelas tentang siapa sesungguhnya sosok ini. Identikkah ia
dengan Sayid Iderus bin Hassan bin Agil AlHabsyi yang menurut keterangan
juga datang dari Sambas bersama seorang Arab bernama Nasar bin Yusuf
Ganam ? Ataukah Said Sambas ini merupakan pribadi dan sosok berbeda?
Satu
sosok bernama Sayid Zen yang mengawini cucu Sultan Sulaiman juga belum
diketahui asal usulnya. Sayid diperkirakan lahir awal 1800-an. Syarif
Umar putra hasil perkawinan mereka gugur dalam pertempuran melawan
Belanda di Paringin (kini Kabupaten Balangan, Kalsel) tahun 1860. Syarif
Umar mempunyai seorang putra bernama Syarif Abubakar. Syarif Abubakar
dan putrinya Syarifah Intan (4 tahun) ikut dalam rombongan Pangeran
Hidayatullah yang diasingkan Belanda Cianjur, 3 Maret 1862.
Jejak
jejak Sayid di wilayah Hulu Sungai dapat ditemui di sebuah tempat
bernama Lorong Said Alwi di Kota Barabai. Alwi Kapten Arab kerap menaiki
kereta kuda dari Barabai ke Pantai Hambawang. Di sana ia turun,
beristirahat dan kemudian berganti kuda dengan penduduk setempat untuk
menuju sebuah pangkalan perahu menjemput kerabat-kerabatnya sejumlah
Habib asal Nagara. Sayid Alwi berjasa mengembangkan penanaman karet di
wilayah Hulu Sungai. Sewaktu Soekarno ke Barabai ia berjumpa dengan
tokoh ini.
Sebelum kedatangan Sayid Alwi di
Barabai, lebih dulu bermukim di wilayah Hulu Sungai ini seorang bernama
Habib Muhdhor bin Salim bin Agil bin Ahmad BSA (Keramat Manjang).
Muhdhor datang langsung dari Tarim (Hadramaut) ke Barabai. Pada suatu
ketika Habib Muhdhor berkunjung ke Martapurta menemui kerabatnya Habib
Abubakar AlHabsyi. Mereka sama-sama berasal dari Tarim. Oleh Habib
Abubakar, Habib Muhdhor akhirnya diambil sebagai menantu.
Muhdhor
kawin dengan Syarifah Noor binti Sayid Abubakar bin Sayid Husin bin
Sayid Ahmad bin Sayid Abdullah bin Sayid Ali AlHabsyi. Ayah Abubakar
yang bernama Sayid Husin AlHabsyi semula tinggal di Ma’la (Mekah) pindah
ke Tarim. Dari Tarim Habib Abubakar datang ke Martapura dan kemudian
menikah dengan Syarifah Muzenah binti Sayid Alwi bin Sayid Abdillah
Assegaf (Kampung Melayu, Martapura). Sayid Alwi Assegaf, yang merupakan
mertua Habib Abubakar AlHabsyi, menurut catatan yang diperoleh penulis
merupakan salah satu pendatang Hadramaut paling awal datang ke
Martapura.
Sayid Ali putra Sayid Alwi memiliki
cerita khusus tentang perkawinannya. Adalah seorang perempuan Bugis yang
asalnya merupakan pelarian dari kerajaan Bone tinggal di Kampung Bugis
di Banjarmasin. Perempuan yang tidak diketahui namanya ini kawin dengan
seorang lelaki bernama Dapat (Sudapat). Dapat berasal dari Kampung
Kalampayan yang masih terhitiung cucu dari Datu Kalampayan Syekh
Muhammad Arsyad. Perkawinan Dapat dengan perempuan Bugis melahirkan
perempuan bernama Ratubah. Ratubah dipelihara oleh keluarga Arab dari
marga Alkatiri di Kampong Arab Banjarmasin (sekarang Jalan Antasan Kecil
Barat). Suatu ketika Sayid Ali bin Sayid Alwi Assegaf dari Kampung
Melayu Martapura mampir ke rumah keluarga Alkatiri tersebut. Saat
bersamaan, di rumah keluarga Arab itu, Ratubah tengah mencucuki marjan.
Dari perjumpaan menyaksikan seorang perempuan campuran Bugis-Banjar di
rumah keluarga Arab itu, Sayid Ali akhirnya tinggal di Kampung Bugis
karena menikah dengan Ratubah. Untuk tempat tinggalnya Sayid Ali membeli
sebuah rumah kecil di Kampung Bugis (Jalan Sulawesi), membangunnya
kembali, dan menyulapnya menjadi rumah Baanjung (rumah adat Banjar).
Putra
Sayid Ali dengan Ratubah adalah Sayid Zein. SayidZein kawin dengan
Syarifah dari keluarga Bahasyim berputra Sayid Alwi [seorang pedagang
asam kamal yang berjualan dari Kuin Utara ke Aluh-aluh, Kabupaten Banjar
dan merupakan ayah dari Ibu Galuh (Syarifah Fatimah) di Kampung Melayu
dan Abdul Kadir Jailani di Sungai Mesa]
Perkawinan
Sayid Zein dengan perempuan dari bangsa Banakmah berputra Sayid Ali,
Syarifah Zainab, Syarifah Fetum (ibu Segaf bin Abubakar AlHabsyi),
Syarifah Noor dan Sayid Fedlon (masih hidup tinggal di Kampung Bugis ).
Jika
kita berkunjung ke Komplek Makan Sultan Suriansyah, di sana terdapat
makam Sayid Muhammad (atau Sayid Ahmad Idrus?) dan Khatib Dayyan. Nama
terakhir adalah tokoh yang dikirim Sultan Demak Tranggono untuk
mengislamkan Raden Samudera (kelak bernama menjadi Sultan Suriansyah)
dan rakyat Banjar pada tahun 1526 M. Khatib Dayyan yang menjabat
panotogomo (penghulu) ini mempunyai nama asli Abdurrahman. Ia merupakan
keturunan keluarga kesultanan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung
Jati. Menurut keterangan juru kunci makam, Sayid Muhammad adalah leluhur
dari Habib Abdurrahman Alhabsyi (Ketua Islamic Center Kwitang Jakarta
dan cucu Habib Ali Kwitang).
Satu lagi sosok yang
perlu penelitian adalah seorang figur bernama Datu Khayyan (bermakam di
Alalak Berangas). Ia diketahui mempunyai nama asli Sayid Abdurrahman
Sidik bin Sayid Husin Bin Syekh Abubakar bin Salim. Menurut cerita,
tokoh ini berasal dari Banten dan mengembara ke Kalimantan Barat.
Setelah cukup lama bermukim di Kalbar, Datu Khayyan kemudian meneruskan
perjalanan menelusuri sungai Kahayan dan Barito. Sempat berdiam di
Kotawaringan Barat, Datu Khayyan kemudian menetap dan menghabiskan masa
tuanya di Alalak Berangas, Kabupaten Batola. Datu Khayyan dikenal
sebagai pendakwah dan pejuang melawan Belanda di abad ke-18.
Di
generasi abad ke-20 terdapat nama Sayid Abdul Kadir Ba’bud, pimpinan
pasukan Tengkorak Putih pada tahun 1949. Belum lagi sejumlah seniman,
budayawan yang pernah memperkaya batin masyarakat dengan karya-karya
mereka.
Jejak jejak para Sayid yang menghilang
dan tenggelam sekian masa waktu kini mulai bangun seiring tumbuhnya
majelis-majelis ta’lim yang diasuh sejumlah keturunanan Sayid. Jika para
leluhur telah meninggalkan sesuatu yang bermakna dan kenangan di hati
umat, kita menanti generasi Sayid masa kini membuat sejarahnya.
Note:
- Dewan Pengadilan/Kehakiman di Banjarmasin dibentuk tahun 1863.
- Sayid Iderus bin Hasan AlHabsyi bermakam di Turbah, Kampung Sungai Jingah
- Pangeran Sjarif Husin bin Muhammad Baharun dulu tinggal di Kampung Melayu Banjarmasin. Makamnya hingga kini tidak diketahui tempatnya. Anak keturunan tokoh ini masih bisa yang tinggal di Kampung Melayu.
- Sambas kini merupakan sebuah kabupaten di provinsi Kalimantan Barat.
- Nur belakangan diambil sebagai nama mushala sederhana keluarga di wilayah Ujung Murung yang dibangun oleh Sayid Hasan. Karena jumlah jemaahnya berkembang, mushalla tersebut lalu berpindah ke wilayah Masjid Noor sekarang di antara pertemuan Jalan Samudera dan Simpang Sudimampir. Makam Nur terdapat di dalam mesjid ini. Rumah Hasan Kapten Arab pertama di tanah Banjar berada di lokasi bangunan Plaza Metro sekarang.
- Silsilah empat keluarga AlHabsyi ini (Muhammad, Abdullah, Syekh dan Hasan) bersambung ke Alwi bin Syekh bin Zen bin Ahmad bin Hasyim bin Ahmad bin Muhammad Ashgar bin Alwi bin Abubakar AlHabsyi.
- Hamid bin Abas bermakam di Basirih. Gampang mencapai makam Habib karena ada angkutan kota yang melayani rute Pasar Hanyar – Basirih.
- Syarifah Khadijah Bahasyim, cucu Habib Basirih.
- Makam Awad tak diketahui, namun ia mempunyai putra bernama Husin yang menurut seorang keluarga Bahasyim bermakam di Kompleks Makam Sultan Adam Martapura.
Label:Sejarah
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
Cari di blog ini
Entri menarik...
-
Tutorial kali ini intinya sama yaitu menjelaskan langkah-langkah instalasi Windows XP, Windows 7 dan Hiren's Boot CD dari USB Flashdisk...
-
Sumber dari catatan keluarga Aidid menyebutkan, bahwa moyang mereka yang bernama Sayid Jalaluddin Aidid --keturunan dari Sayid Muhammad...
Blogroll
Archive
Kriteria
- 17 Habaib berpengaruh di Indonesia (3)
- Ilmu komputer (6)
- Sejarah (16)
- Softwares (1)
- Tips dan Trik (4)
Rekanan...
Waktu Indonesia Tengah
Diberdayakan oleh Blogger.
Toko Online terbaru dan populer. Kami menyediakan informasi terbaru yang datang dengan versi baru pada situs Toko Online yang akurat dan terpercaya. Aisha Shop | CONTENT MANAGEMENT SYSTEM
BalasHapusWORDPRESS [CMS WORDPRESS] Web ini akan memberitahu update Toko Online terbaru dengan gaya yang berbeda dari Aisha.co.id silahkan buka dan baca informasi.
Reportasee.com | Portal Berita Dalam dan Luar Negeri Menyuguhkan Informasi Seputar Berita Internasional, Nasional, Regional, Lokal, Peristiwa, Hukum, Kriminal, Ekonomi, Politik, Pemerintahan, Sosial, Budaya, Pendidikan, Wisata, Kuliner dan Hiburan.
Website Resmi www.de-nature.co.id Distributor Agen Penjual Produk Obat Herbal De Nature Indonesia Asli CV. DE NATURE INDONESIA Kabupaten Cilacap Pimpinan Bpk. Awan Ukaya Herbal CV. De Nature Indonesia Asli
BalasHapusEkspose.id | Ekspose.ID : Realitas Dibalik Berita Dalam dan Luar Negeri Menyuguhkan Informasi Seputar Berita Internasional, Nasional, Regional, Lokal, Peristiwa, Hukum, Kriminal, Ekonomi, Politik, Pemerintahan, Sosial, Budaya, Pendidikan, Wisata, Kuliner dan Hiburan. Ekspose.id Berita Ciamis | Reportasee.com |
BalasHapus___ ____???????
___??????????
___?????????????
___????????????
__?????????????
_?????????????
_?????????????
_??CLICK HERE????
??????????????????????
???????? CLICK HERE ??????
??????????????????????????
_??????__????????????????
___????____?????????????
___????_____??????????
___????_____??????????
____????____??????????
_____???____?????????
______???__??????????
_______??????????????
________??????????????
_______???????????????????
_______????? CLICK HERE ??????
_______?????????????????????????
_______???????????????????????????
________??????????____?????????????
_________????????_______???????????
_________????????_____???????????
_________???????____??????????
_________???????_??????????
________???????????????
________????????????
________??????????
_______?????????
_______??????
______??????
______??????
______??????
______?????
______?????
_______????
_______????
_______????
______??????
_____????????
_______|_?????
_______|__??????
Reply Delete